Tokoh teori Albert Ellis ahli psikologi klinis sering mengkhususkan diri dalam bidang
konseling perkawinan dan keluarga. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya
dalam teori belajar behavioral, kemudian ia mengembangkan suatu pendekatan
sendiri yang disebut rational emotive therapy (RET) atau terapi rasional
emotif. Rational emotive therapy dapat diartikan dengan corak konseling yang
menekankan kebersamaan dan interaksi antara berfikir dengan akal sehat, berperasaan,
dan perilaku serta sekaligus menekankan bahwa suatu suatu perubahan yang
mendalam. Tujuan rational emotive therapy adalah memperbaiki dan mengubah
segala perilaku yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar
klien dapat mengembangkan dirinya.
A. Konsep pokok
Ellis memandang manusia bersifat
rasional dan irasional. Orang berperilaku dalam cara-cara tertentu, mempunyai
derajat yang tinggi dalam sugestibilitas dan emosionalitas yang negatif.
Para penganut teori RET percaya
bahwa tidak ada orang yang disalahkan dalam secala sesuatu yang dilakukannya,
tetapi setiap orang bertanggungjawab akan semua perilakunya.
Unsur pokok terapi rasional-emotif
adalah asumsi bahwa berfikir dan emosi buka dua proses yang terpisah. Emosi
disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan
dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intrinsik.
Ellis (Shertzer & Stone,
1980, 175-176) mengemukakan ada 12 pikiran yang tak rasional yang dapat
menimbulkan perilaku neurosis atau psikologis :
1. Manusia yang hidup dalam masyarakat mau
tidak mau dapat dicintai ataupun ditolak oleh orang lain disekitarnya setiap
saat
2. Bahwa seseorang yang hidup dalam
masyarakat harus mempersiapkan diri secara kompeten, edekuat agar ia dapat
mencapai kehidupan yang layak dan berguna bagi masyarakat
3. Bahwa banyak orang dalam kehidupan
masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat ataupun kejam dan oleh karena itu
patutlah disalahkan dihukum setimpal dengan dosanya.
4. Bahwa kehidupan mausia senantiasa
dihadapkan kepada berbagai kemungkinan malapetaka, bencana yang dahsyat,
mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam
hidupnya.
5. Bahwa ketidaksenangan atau penderitaan
emosional dari seseorang muncul dari tekanan ekternal dan individu hanya
mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk mengontrol perasaannya atau untuk
menghilangkan perasaan depresi atau yang bertentangan
6. Bila ada suatu hal yang berbahaya atau
menakutkan, maka individu berusaha keras
untuk menghadapi dan mengatasi depresi atau yang bertentangan
7. Bahwa lebih mudah untuk menjauhi kesulitan
hidup tertentu dan tanggungjawab diri daripada usaha untuk mengadapi dan
mengahargainya hanya untuk menghargai bentuk disiplin diri.
8. Bahwa sisa pengalaman masa lalu semuanya
sangat penting karena hal itu berpengaruh sangat kuat terhadap kehidupan
individu dan menentukan perasaan dan perilaku individu yang ada sekarang
9. Bahwa individu akan lebih baik untuk
menghindarkan diri daripada mengerjakan sesuatu
10. Bahwa individu akan mencapai kebahagiaan
hidup dengan menyenangkan diri sendiri
11. Bahwa individu akan mencapai sesuatu
derajat yang tinggi dalam hidupnya untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan,
atau memerlukan kekuatan supernatural untuk mencapainya.
12. Bahwa individu secara umum mempunyai nilai
diri sebagai manusia dan penerimaan diri untuk tergantung dari kebaikan
penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.
B. Proses Konseling
Tugas konselor menurut Ellis
adalah membantu individu yang tidak bahagian dan menghadapi hambatan, untuk
menunjukkan bahwa :
1. Kesulitannya disebabkan oleh persepsi yang
terganggu dan pikiran yang tidak logis
2. Usaha memperbaikinya adalah harus kembali
kepada sebab-sebab permulaan
Konselor yang efektif akan membantu klien untuk
mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku yang tidak logis. Tujuan utama terapi
rasional-emotif adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi diri mereka
merupakan sumber gangguan emosionalnya.
C. Tujuan Konseling Rasional – Emotif
1. Memperbaiki dan meruban sikap, persepsi, cara
berfikir, keyakinan serta pandangan klien yang irasional dan logis menjadi
rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan self
actualizationnya seoptimal mungkin melalui prilaku kognitif dan afektif yang
positif.
2. Menghilangkan gangguan emosional yang
merusak diri sendiri.
Secara lebih khusus Ellis (Corey, 1986; 215)
menyebutkan bahwa terapi ini akan tercapai pribadi yang ditandai dengan :
a.
Minat kepada
diri sendiri
b.
Minat sosial
c.
Pengarahan
diri
d.
Toleransi
terhadap pihak lain
e.
Fleksibelitas
f.
Menerima
ketidakpastian
g.
Komitmen
terhadap sesuatu diluar dirinya
h.
Berfikir
ilmiah
i.
Penerimaan
diri
j.
Berani
mengambil resiko
k.
“Non utopianism” yaitu menerima kenyataan.
D. Karakteristik Terapi Rasional-Emotif :
1. Aktif-direktif
Dalam hubungan konseling lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam
menghadapi dan memecahkan masalah
2. Kognitif-eksperiensial
Hubungan yang dibentuk harus berfokus pada aspek kognitif dari klien dan
berintikan pemecahan masalah yang rasional
3. Emotif-eksperiensial
Hubungan yang dibentuk juga melihat aspek emotif klien dengan mempelajari
sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru
yang mendasari gangguan tersebut.
4.
Behavioristik
Hubungan yang dibentuk harus menyentuh dan
mendorong terjadinya perubahan perilaku dalam diri kliennya
5.
Kondisional
Hubungan dalam terapi rasional – emotif dilakukan
dengan membuat kondisi tertentu terhadap klien melalui berbagai teknik
kondisioning untuk mencapai tujuan terapi konseling.
Gambaran tentang apa yang dilakukan oleh seorang praktisi rasional-emotif :
a. Mengajak klien untuk menanggalkan ide-ide
rasional yang mendasari gangguan emosional dan perilaku
b. Menantang klien dengan berbagai ide yang
valid dan rasional
c. Menunjukkan kepada klien asas ilogis dalam
berfikir
d. Menggunakan analisis logis untuk mengurangi
keyakinan irasional klien
e. Menunjukkan bahwa keyakinan irasional ini
adalah kooperative. Menggunakan humor untuk menantang irasionalitas pemikiran
klien
f. Menjelaskan kepada klien bagaimana ide
yang irasional ini dapat ditempatkan kembali atau didistribusikan kepada
ide-ide rasional yang harus secara empirik melatarbelakangi kehidupannya
g. Mengajarkan bagaimana mengaplikasikan
pendekatan ilmiah, obyektif dan logis dalam berfikir.
E Teknik-teknik terapi
1. Teknik emotif (afektif)
- Teknik
Assertive Training , yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, medorong dan
membiasakan klien untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan perilaku
tertentu yang diinginkan
- Teknik
sosiodrama, yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang
menekan (perasaan negatif) melalui suasana yang didramatisasikan
- Teknik
self modeling atau diri sebagai model, yakni teknik yang digunakan untuk
meminta klien agar berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk
menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
- Teknik
imitasi, yakni teknik yang digunakan dimana klien diminta untuk menirukan
secara terus menerus soal model perilaku tertentu dengan maksud menhadapi dan
menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
2. Teknik Behavioristik
- Teknik
reinforcement / penguatan, yaitu teknik yang digunakan untuk mendorong klien
kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian
verbal (reward) ataupun punishment/ hukuman.
- Teknik
social modeling/ penguatan modeling, yakni teknik yang digunakan untuk
memberikan perilaku-perilaku baru kepada klien.
- Teknik
live models/ model dari kehidupan nyata, yang digunakan untuk menggambarkan
perilaku tertentu.
3. Teknik-teknik kognitif
- Home
work assigments/ pemberian tugas rumah , klien diberikan tugas rumah untuk
berlatih, membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu
yang menurut pola perilaku yang diharapkan.
- Teknik
Assertive , teknik yang digunakan untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan
perilaku tertentu yang diharapkan melalui role playing atau bermain peran.
RET menunjukkan baik kelebihan maupun
kelemahan. Kelebihannya yaitu tekanannya pada peranan tanggapan kognitif
terhadap timbulnya reaksi-reaksi perasaan. Kelemahannya ialah kurangnya
pengakuan terhadap perasaan dasar sebagai suatu faktor yang sangat dominan
dalam kehidupan manusia, yang tidak sebegitu mudah mengalami perubahan. Meski
demikian corak konseling sangat bermanfaat untuk diterapkan oleh konselor
sekolah terhadap siswa remaja dan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Corey Gerald, Teori dan
Paktek Konseling & Psikoterapi, PT Refika Aditama : Bandung, 2007
Drs. Abdul hayat, M.Pd, Teori
dan Teknik Pendekatan Konseling, Banjarmasin, lanting media aksara:2010
http://rakhmanhabibi.blogspot.com/2012/12/rational-emotive.html
RUZARIA PUTRI
16510290
3PA05