Sabtu, 27 April 2013

RATIONAL EMOTIVE THERAPY


Tokoh teori Albert Ellis ahli psikologi  klinis sering mengkhususkan diri dalam bidang konseling perkawinan dan keluarga. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya dalam teori belajar behavioral, kemudian ia mengembangkan suatu pendekatan sendiri yang disebut rational emotive therapy (RET) atau terapi rasional emotif. Rational emotive therapy dapat diartikan dengan corak konseling yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara berfikir dengan akal sehat, berperasaan, dan perilaku serta sekaligus menekankan bahwa suatu suatu perubahan yang mendalam. Tujuan rational emotive therapy adalah memperbaiki dan mengubah segala perilaku yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.

A.      Konsep pokok
      Ellis memandang manusia bersifat rasional dan irasional. Orang berperilaku dalam cara-cara tertentu, mempunyai derajat yang tinggi dalam sugestibilitas dan emosionalitas yang negatif.
      Para penganut teori RET percaya bahwa tidak ada orang yang disalahkan dalam secala sesuatu yang dilakukannya, tetapi setiap orang bertanggungjawab akan semua perilakunya.
      Unsur pokok terapi rasional-emotif adalah asumsi bahwa berfikir dan emosi buka dua proses yang terpisah. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intrinsik. 
      Ellis (Shertzer & Stone, 1980, 175-176) mengemukakan ada 12 pikiran yang tak rasional yang dapat menimbulkan perilaku neurosis atau psikologis :
1.      Manusia yang hidup dalam masyarakat mau tidak mau dapat dicintai ataupun ditolak oleh orang lain disekitarnya setiap saat
2.   Bahwa seseorang yang hidup dalam masyarakat harus mempersiapkan diri secara kompeten, edekuat agar ia dapat mencapai kehidupan yang layak dan berguna bagi masyarakat
3.   Bahwa banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat ataupun kejam dan oleh karena itu patutlah disalahkan dihukum setimpal dengan dosanya.
4.  Bahwa kehidupan mausia senantiasa dihadapkan kepada berbagai kemungkinan malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya.
5.    Bahwa ketidaksenangan atau penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan ekternal dan individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk mengontrol perasaannya atau untuk menghilangkan perasaan depresi atau yang bertentangan
6.  Bila ada suatu hal yang berbahaya atau menakutkan, maka individu  berusaha keras untuk menghadapi dan mengatasi depresi atau yang bertentangan
7.      Bahwa lebih mudah untuk menjauhi kesulitan hidup tertentu dan tanggungjawab diri daripada usaha untuk mengadapi dan mengahargainya hanya untuk menghargai bentuk disiplin diri.
8.      Bahwa sisa pengalaman masa lalu semuanya sangat penting karena hal itu berpengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu dan menentukan perasaan dan perilaku individu yang ada sekarang
9.      Bahwa individu akan lebih baik untuk menghindarkan diri daripada mengerjakan sesuatu
10.  Bahwa individu akan mencapai kebahagiaan hidup dengan menyenangkan diri sendiri
11.  Bahwa individu akan mencapai sesuatu derajat yang tinggi dalam hidupnya untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan, atau memerlukan kekuatan supernatural untuk mencapainya.
12.  Bahwa individu secara umum mempunyai nilai diri sebagai manusia dan penerimaan diri untuk tergantung dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.

B.      Proses Konseling
      Tugas konselor menurut Ellis adalah membantu individu yang tidak bahagian dan menghadapi hambatan, untuk menunjukkan bahwa :
1.      Kesulitannya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran yang tidak logis
2.      Usaha memperbaikinya adalah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan
Konselor yang efektif akan membantu klien untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku yang tidak logis. Tujuan utama terapi rasional-emotif adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi diri mereka merupakan sumber gangguan emosionalnya.

C.      Tujuan Konseling Rasional – Emotif
1.  Memperbaiki dan meruban sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta pandangan klien yang irasional dan logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan self actualizationnya seoptimal mungkin melalui prilaku kognitif dan afektif yang positif.
2.      Menghilangkan gangguan emosional yang merusak diri sendiri.
Secara lebih khusus Ellis (Corey, 1986; 215) menyebutkan bahwa terapi ini akan tercapai pribadi yang ditandai dengan :
a.       Minat kepada diri sendiri
b.      Minat sosial
c.       Pengarahan diri
d.      Toleransi terhadap pihak lain
e.       Fleksibelitas
f.        Menerima ketidakpastian
g.       Komitmen terhadap sesuatu diluar dirinya
h.       Berfikir ilmiah
i.         Penerimaan diri
j.        Berani mengambil resiko
k.       “Non utopianism” yaitu menerima kenyataan.

D. Karakteristik Terapi Rasional-Emotif :
1.      Aktif-direktif
Dalam hubungan konseling lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalah
2.      Kognitif-eksperiensial
Hubungan yang dibentuk harus berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional
3.      Emotif-eksperiensial
Hubungan yang dibentuk juga melihat aspek emotif klien dengan mempelajari sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4.      Behavioristik
Hubungan yang dibentuk harus menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan perilaku dalam diri kliennya
5.      Kondisional
Hubungan dalam terapi rasional – emotif dilakukan dengan membuat kondisi tertentu terhadap klien melalui berbagai teknik kondisioning untuk mencapai tujuan terapi konseling.
Gambaran tentang apa yang dilakukan oleh seorang praktisi rasional-emotif :
a.  Mengajak klien untuk menanggalkan ide-ide rasional yang mendasari gangguan emosional dan perilaku
b.     Menantang klien dengan berbagai ide yang valid dan rasional
c.      Menunjukkan kepada klien asas ilogis dalam berfikir
d.     Menggunakan analisis logis untuk mengurangi keyakinan irasional  klien
e. Menunjukkan bahwa keyakinan irasional ini adalah kooperative. Menggunakan humor untuk menantang irasionalitas pemikiran klien
f.  Menjelaskan kepada klien bagaimana ide yang irasional ini dapat ditempatkan kembali atau didistribusikan kepada ide-ide rasional yang harus secara empirik melatarbelakangi kehidupannya
g.      Mengajarkan bagaimana mengaplikasikan pendekatan ilmiah, obyektif dan logis dalam berfikir.

E      Teknik-teknik terapi
1.      Teknik emotif (afektif)
-  Teknik Assertive Training , yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, medorong dan membiasakan klien untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan perilaku tertentu yang diinginkan
-  Teknik sosiodrama, yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan negatif) melalui suasana yang didramatisasikan
-       Teknik self modeling atau diri sebagai model, yakni teknik yang digunakan untuk meminta klien agar berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
-     Teknik imitasi, yakni teknik yang digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus soal model perilaku tertentu dengan maksud menhadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
2.      Teknik Behavioristik
-    Teknik reinforcement / penguatan, yaitu teknik yang digunakan untuk mendorong klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun punishment/ hukuman.
-    Teknik social modeling/ penguatan modeling, yakni teknik yang digunakan untuk memberikan perilaku-perilaku baru kepada klien.
-        Teknik live models/ model dari kehidupan nyata, yang digunakan untuk menggambarkan perilaku tertentu.
3.      Teknik-teknik kognitif
-    Home work assigments/ pemberian tugas rumah , klien diberikan tugas rumah untuk berlatih, membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menurut pola perilaku yang diharapkan.
-        Teknik Assertive , teknik yang digunakan untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan perilaku tertentu yang diharapkan melalui role playing atau bermain peran.

            RET menunjukkan baik kelebihan maupun kelemahan. Kelebihannya yaitu tekanannya pada peranan tanggapan kognitif terhadap timbulnya reaksi-reaksi perasaan. Kelemahannya ialah kurangnya pengakuan terhadap perasaan dasar sebagai suatu faktor yang sangat dominan dalam kehidupan manusia, yang tidak sebegitu mudah mengalami perubahan. Meski demikian corak konseling sangat bermanfaat untuk diterapkan oleh konselor sekolah terhadap siswa remaja dan mahasiswa.




DAFTAR PUSTAKA
Corey Gerald, Teori dan Paktek Konseling & Psikoterapi, PT Refika Aditama : Bandung, 2007
Drs. Abdul hayat, M.Pd, Teori dan Teknik Pendekatan Konseling, Banjarmasin, lanting media aksara:2010
http://rakhmanhabibi.blogspot.com/2012/12/rational-emotive.html


RUZARIA PUTRI
16510290
3PA05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar